Ancaman serius melanda wilayah Bandung Raya. Selain ancaman gempa dari sesar Lembang, kini bahaya lain mengintai. Tingkat konsumsi air yang tidak terkontrol mulai memicu terjadinya penurunan muka tanah (land subsidence).
Penurunannya bahkan yang tercepat di dunia. Pakar geodesi dan geomatika Institut Teknologi Bandung, Dr Heri Andreas ST MT, mengatakan, berdasar hasil
penelitiannya, rata-rata penurunan muka tanah ini mencapai 20 sentimeter per tahun.


Kata Heri, hanya ada satu solusi untuk mengatasi hal ini, yaitu penghentian eksploitasi air tanah yang tidak terkontrol. Pembatasan eksploitasi air tanah
paling tidak akan menghentikan potensi penurunan muka tanah. Namun, upaya itu bisa mencegah krisis air di masa depan.

Di lokasi berbeda semisal Kopo, penurunan tanah menyebabkan bangunan menjadi miring, jalan rusak, serta retakan pada bangunan rumah yang terus bertambah.


"Awalnya lantai pecah, retakan kemudian bergerak naik ke dinding," ujarnya.


Irwan mengatakan, tanda lain adanya penurunan tanah adalah jendela makin susah ditutup dan pintu mulai berubah posisi.


"Kalau tidak diantisipasi, kerusakannya akan terus terjadi," katanya.

Dan jika penurunan tanah di Bandung Raya ini tidak segera diatasi, kata Heri, kawasan ini akan mengalami kekeringan serius pada 2050.
"Bandung sudah zona merah," katanya.

( Sumber : TribunJabar.id )

Share this article